Friday, February 23, 2007

COBAAN SEBUAH CANGKIR

Dulu aku bukan cangkir. Dulu aku adalah segumpal tanah liat.
Kemudian tuanku mengambilku dan mulai meremas-remas serta membentuk
aku. Rasanya sakit sekali. Aku memohon agar dia menghentikannya,
tetapi dia hanya tersenyum sambil berkata, "Belum selesai !"

Kemudian aku ditempatkan pada semacam alat yg berbentuk putaran
dan tuanku memutar-mutar diriku. Aku mulai merasa mual dan tidak
tahan lagi, tetapi akhirnya putaran itu berhenti. Baru saja aku
menarik nafas lega karena mengira segala sesuatunya sudah berakhir,
tuanku menempatkan aku di atas panggangan. Aku tidak mengerti mengapa
dia mau memanggang aku; aku berteriak-teriak memohon agar dia
menghentikannya. Melalui kaca panggangan itu, samar-samar aku bisa
melihat, tetapi dia hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengka n
kepalanya dan berkata, "Belum selesai !"

Akhirnya selang beberapa saat tuan itu datang dan mengeluarkan
aku. "Aduh enaknya," aku menarik nafas lega. Tiba-tiba saja, tuan
mengangkatku lagi dan mulai menggosok-gosok tubuhku dengan amplas dan
sikat. Lalu dia mengambil kuas dan debunya begitu tebal sehingga
rasanya aku hampir pingsan. Kemudian dia mulai memberi corak dan
warna pada sekujur tubuhku. Aku memohon agar dia berhenti, tetapi dia
melanjutkannya sambil berkata, "Belum selesai !"

Sekali lagi aku ditempatkan di panggangan. Yang ini panasnya dua
kali labih panas daripada yg pertama. Aku tahu aku akan tersedak. Aku
memohon dan memohon, aku menangis dan menangis; tetapi tetap saja dia
tersenyum dan berkata, "Belum selesai !"

Aku mulai merasa putus harapan. Aku tak sanggup lagi. Aku tak
tahan lagi. Bagiku segala-galanya sudah berakhir. Aku memutuskan utk
menyerah. Kemudian pintu terbuka dan tuanku berkata, "Sekarang sudah
selesai!"

Tubuhku diangkat dan diletakkan diatas rak utk beristirahat.
Setelah itu tuanku menghampiri aku dengan membawakan cermin dan
menyuruhku melihat ke cermin. Aku hampir tidak bisa mempercayai
penglihatanku sendiri. Kataku, "Wah, bagus betul cangkir itu."

Kemudian tuanku menjelaskan : "Aku ingin engkau mengerti bahwa
aku tahu ketika aku meremas dan membentukmu, engkau merasa sakit. Aku
tahu bahwa alat pemutar itu membuatmua merasa mual. Tetapi jika kau
tidak kusentuh, engkau akan mengering dan tetap saja berupa seonggok
tanah liat. Tanpa kepribadian. Aku tahu bahwa berada di dalam
panggangan itu rasanya panas sekali, tetapi jika itu tidak kulakukan,
kau akan hancur berantakan.

Aku tahu kau tidak suka disikat dan dilukis, tetapi jika itu
tidak kulakukan maka kau tidak memiliki warna. Ah, aku tahu
panggangan yg kedua itu lebih panas! Tetapi jika kau tidak kumasukkan
ke situ, maka kau tak akan bisa menentang tekanan hidup. Engkau tidak
bisa bertahan lama.

Jadi, ketika kau mengira segalanya begitu sulit, aku masih
memelihara engkau. Sejak semula aku sudah tahu kau akan menjadi
seperti apa. Di benakku aku tahu seperti apa hasil yang akan
kuperoleh sejak pertama kali aku menyentuhmu! "

-Pengarang tak dikenal

No comments:

sebuah renungan

Dan apa bila segala hal seperti menentang Anda, seperti menghalangi Anda, seperti memberatkan diri Anda, seperti membebani Anda, ingatlah bahwa Anda telah diberikan kekuatan yang sangat luar biasa oleh Allah, di mana saat ini semua tinggal terserah Anda mau memanfaatkannya atau tidak. Jika mau maka kekuatan yang Anda miliki insya Allah cukup.