Saturday, February 10, 2007

Bila Harus Kehilangan

Seringkali sesuatu yang tadinya menjadi milik kita, atau sesuatu yang berada dekat dengan diri kita, menjadi begitu berharga ketika ia telah pergi, meninggalkan diri kita. Entah itu karena dipaksa, terpaksa, atau dengan sukarela. Seringkali, ketika ia masih menjadi bagian dalam hidup kita, ia tak mendapatkan penghargaan selayaknya, atau setidaknya mendapatkan perhatian cukup dari diri kita. Namun, bila ia telah pergi atau hilang, rasanya penyesalan yang terasa tak kan berkesudahan.

Contoh paling sederhana adalah ketika kita jatuh sakit, seringan atau seberat apapun, pastinya kita akan merindukan masa-masa ketika sehat. Betapa menderitanya bila harus menanggung sakit, sedangkan kita menyaksikan orang lain yang sehat dapat beraktivitas dengan optimal tanpa terganggu. Mungkin saja, ketika penyakit itu belum menghampiri, kita sering lupa untuk mensyukuri, betapa nikmat sehat itu mahal harganya.

Saat kedua orangtua masih menunggu kita pulang ke rumah, menjadi tempat berbagi yang setia, yang selalu siap mencurahkan segenap kasih sayang mereka dan memberikan segalanya untuk diri kita, kita tak menyadari bahwa ketika kelak mereka telah tiada, kita baru akan merasakan bahwa keberadaan mereka tak tergantikan.

Memiliki teman sungguh menyenangkan, dan masing-masing dari mereka pastinya meninggalkan bekas tersendiri dalam benak kita. Terhadap seorang teman dekat, kita mungkin berpikir bahwa senang sekali bila kebersamaan dengannya dapat terjaga sampai kapanpun. Namun kehidupan menjalankan skenario yang seringkali tak terduga. Kita tak akan pernah menyangka, kapan kebersamaan itu akan ternoda bahkan rusak oleh sesuatu yang menggangu dari luar, ataupun yang timbul dari dalam diri masing-masing. Atau perpisahan harus terjadi oleh sebab lainnya.

Bergelimang harta kekayaan tak selamanya akan membuat hidup seseorang menjadi tenang. Bahkan berbagai kekhawatiran akan muncul, dan kerap meresahkan. Takut kehilangan, sebab sekian banyak harta yang dimiliki telah dikumpulkan susah payah, dengan cara apapun. Demikian juga dengan keluarga, anak-anak dan istri atau suami. Mereka semua ibaratnya permata yang ingin selalu dijaga. Bayangkan, apabila suatu saat musibah datang, dan kita harus kehilangan salah satu atau bahkan semua.

Seringkali seorang manusia yang tidak bisa menghargai apa yang telah diamanahkan untuk menjadi miliknya, akan menyesal sejadi-jadinya bila kelak ia kehilangan sesuatu tersebut. Penyesalan itu berbuahkan air mata tak habis-habis serta kesal yang berkepanjangan, bahkan tak jarang yang lantas menyalahkan takdir bahkan menuding ketidakadilan Tuhan sebagai penyebab. Padahal Allah memberikan serta mencabut sesuatu dari kehidupan kita pasti disertai maksud dan tujuan di baliknya. Bila kita mau merenungkan segala kejadian yang dialami, lautan hikmah yang akan kita temui. Pasti terdapat hikmah besar di balik setiap peristiwa yang kita alami. Apakah itu akan membuat kita semakin dekat dengan-Nya, ataukah semakin jauh, hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Seseorang yang berusaha demikian keras untuk mempertahankan apa yang telah menjadi miliknya, baik dengan ‘menguncinya’ rapat-rapat, menyembunyikannya supaya tak hilang, atau menyewa sekian banyak bodyguard demi menyelamatkan harta miliknya itu, tetap saja ia tak bisa berbuat apa-apa bila harus kehilangan. Entah dengan cara apapun kehilangan itu terjadi.

Maka, bila kita harus kehilangan, apapun yang kita cintai, relakanlah ia. Sebab mungkin saja Allah mengambilnya dari kita sebab akan digantikan oleh yang lebih baik lagi. Yang jelas, Sang Khalik pasti memiliki rencana tersendiri bagi setiap hamba-Nya. Apa yang menurut diri kita baik, belum tentu itu yang terbaik di hadapan Allah. Dan sebaliknya, apa yang kita tidak sukai, bisa jadi itu adalah yang terbaik dari Allah dan sesuai dengan yang kita butuhkan.

Sesungguhnya segala sesuatu yang berada dalam ‘genggaman’ kita, bukanlah milik kita sepenuhnya. Mereka hanyalah titipan, yang sewaktu-waktu akan diambil oleh Sang Pemilik, kapanpun bila Ia berkehendak. Bila saat itu tiba, kita tidak akan berdaya untuk menahannya barang sedetikpun.

to dear friends, yang sudah dan akan 'meninggalkanku' dalam 2 bulan ini
salam senyum buat temen2ku CC1(I LOVE U ALL)

ALLAH MAHA TAHU

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari
usaha
yang sepertinya sia-sia......
Allah SWT tahu betapa keras kau berusaha.
Ketika kau sudah menangis sekian lama dan
hatimu
masih terasa perih.....
Allah SWT telah menghitung air matamu.
Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang
menunggu
sesuatu dan waktu terasa begitu lama......
Allah SWT sedang menunggu bersamamu.
Jika kau merasa sendirian dan teman-temanmu
terlalu sibuk untuk menelpon....
Allah selalu berada disampingmu.
Jika kau pikir bahwa kau sudah mencoba
segalanya
dan tak tahu harus berbuat apa lagi.....
Allah SWT sudah punya jawabannya.
Ketika segala sesuatu menjadi tak masuk akal
dan
kau merasa tertekan......
Allah SWT dapat menenangkanmu.
Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak
harapan....
Allah SWT sedang berbisik kepadamu.
Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau
merasa ingin mengucapkan syukur....
Alllah SWT telah memberkati.
Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau
dipenuhi
ketakjuban.....
Allah SWT telah tersenyum padamu.
Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan
mimpi-mimpi untuk digenapi.....
Allah SWT telah membuka matamu dan
memanggil
dengan namamu.
Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun
kau
menghadap.....
Allah SWT ........... TAHU.............

Tak bersikap sombong

for everyone


Suatu hari Lukman al-Hakim menasihati anaknya: “Janganlah engkau palingkan wajahmu dari manusia dan jangan menjauhkan diri dari mereka. Janganlah engkau memandang manusia dengan remeh dan hina. Janganlah engkau bergaul dengan orang-orang yang hasad, dengki, dan sombong. Hiduplah engkau bersama manusia dan untuk manusia. Dengarlah dengan teliti jika manusia berbicara dan bergaul denganmu. Tunjukkanlah kepada mereka wajah manis, riang, dan gembira. Senantiasa kamu melemparkan senyum kepada mereka. Jika engkau selalu bersama mereka, mereka akan mencintaimu. Senyum selalu, dan berlemah lembutlah kepada mereka. Jika engkau merendah diri terhadap mereka, mereka akan memuliakan kamu. Ketahuilah wahai anakku, bahwa orang sombong itu tak ubahnya seperti seorang yang berdiri di puncak bukit. Apabila dia melihat ke bawah, semua manusia kelihatan kecil, sedangkan dia sendiri nampak kecil di mata semua manusia lainnya.” [Mutiara Nasihat Lukman al-Hakim, karya Dr. Fathullah al-Hafnawi]

Syarat Memperoleh Ilmu
Hai teman, anda tak akan memperoleh ilmu kecuali enam syarat
Akan kujelaskan rinciannya dengan amat singkat
1. Cerdas,
2. semangat,
3. sabar,
4. cukup dana,
5. Bimbingan guru dan
6. waktu yang cukup

Saya pernah mengadu kepada Waqi’ tentang jeleknya hafapan
Ia sarankan kepadaku agar meninggalkan perilaku maksiat
Ia katakan bahwa ilmu itu cahaya
Cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat
[Syair Imam Syafi’i]

-----
“Aku akan mendefinisikan Islam sebagai yang belum pernah ada orang mendefinisikannya: Islam adalah penyerahan, penyerahan adalah keyakinan, keyakinan adalah pengukuhan, pengukuhan adalah pengakuan, pengakuan adalah pelaksanaan (kewajiban) dan pelaksanaan kewajiban adalah amal”
[Ali bin Abi Thalib r.a]

AGAMA

Agama adalah syahadat (:ikrar) bahwa Laa ilaaha illallaah
Muhammad rasulullaah.
Pelihara ikrar itu dengan melakukan shalat dan tegakkan shalat
dengan membayar zakat dan ber-infaq di jalanNya,
Sucikan diri dengan ber-puasa di bulan ramadan
dan puasa sunnah bila mampu,
Sempurnakan kepasrahan diri dengan melaksanakan Haji
bagi yang mampu.
 
Tegakkan shalat untuk mengingatKu,
dan hanya dengan mengingatKu hatimu menjadi tenang,
dengan hatimu yang tenang engkau bisa berpikir jernih
dan berprestasi maksimal, dengan prestasi maksimal
engkau akan bisa bermanfaat, karena bermanfaat engkau akan
merasakan kemenangan, dengan kemenangan itu engkau akan
merasakan kelegaan (:kebahagiaan).
Allaah ridlo dan engkau ridlo.
 
“Wahai jiwa yang tenang, irji’ii ilaa roodiatam mardiyyah,
fad’hulii fii ‘ibaadi, fad’hulii jannaatii”.
 
Mengingat Allaah (:dzikir) yang paling utama adalah menghayati
“Laa ilaa ha illallaah”. Tidak ada Tuhan selain Allaah,
Tidak takut kecuali hanya kepada Allaah,
patuh dan tunduk total hanya kepada Allaah.
 
Allah menyuruh kita utk selalu menggunakan akal pikir,
Allah menyuruh meneladani rosulullah, kita berusaha keras.
Allah menyuruh berbakti kepada kedua orang tua, 
Allah menyuruh kasih-sayang kpd istri & anak, 
Allah menyuruh berbuat baik kpd tetangga,
Allah menyuruh bekerja keras dgn optimis,
Allah menyuruh kita melakukan semua hal yang baik
untuk kebaikan kita sendiri,
Maka “fabiayyi ‘aalaa’i robbikumaa tukaddibaan?”
 
Allah melarang menyakiti diri sendiri,
Allah melarang menyakiti orang lain,
Allah melarang merusak alam lingkungan kita, . . .
Allah melarang kita melakukan semua hal buruk
yang merugikan diri kita sendiri,
Maka “fabiayyi ‘aalaa’i robbikumaa tukaddibaan?”
 
Lalu, apa yang menghalangi kita untuk hidup Agamis???
Semoga solawat dan salaam selalu terlimpah kepada
manusia termulia yang diutus untuk memperbaiki akhlaq kita.

CERITA DARI BALIK AWAN

Konon, di alam sana, ada seseorang yang selalu menangis;
sampai-sampai airmatanya menggenang bak film animasi Jepang.
Ketika ditanya kenapa? Ternyata dia sangat menyesali,
kenapa sewaktu hidup di dunia dia sangat kurang ibadahnya.
“Ooooh andai aku tahu, akan kupenuhi waktuku dengan beribadah.
Andai aku bisa kembali ke dunia” ratapnya.
Tidak jauh dari situ, seseorang menampari wajahnya sendiri
sampai babak belur.
Ditampar lagi . . ditampar . .
dan ditampar lagi . . wajahnya sendiri.
Menggambarkan penyesalan yang lebih hebat dari orang yang pertama
di atas.
Ketika ditanya kenapa? Ternyata dia sangat menyesali,
kenapa semasa hidupnya di dunia dia suka menolak nasihat orang lain
tentang suatu kebenaran.
“Oooh andai aku suka bersilaturrahim dan saling menasihati
tentang kebenaran, pastilah aku takkan se-menyesal ini” katanya.
 
Di dekatnya orang kedua di atas, ada seseorang yang
menusuki telinganya sendiri dengan buluh bambu kecil
sampai berdarah-darah dan bernanah.
OOOhh . . . ternyata dia semasa hidup di dunia selalu menolak
kebenaran. Hidupnya menjadi sia-sia, hanya menurutkan hawa nafsunya
sendiri.
“Ooohhh . . . andaikan aku dulu tidak menolak kebenaran
dan senang berbuat yang baik menurut tuntunanNya,
sebagaimana teman-temanku yang shalih . . . .” rintihnya.
 
Di dekatnya lagi ada orang keempat yang perutnya dibelit rantai,
lalu kedua ujung rantai ditarik sangat kuat hingga
perut tadi tergencet mengecil sampai hampir putus.
Sedemikian tragis nasibnya seolah tak kan ada akhirnya siksaan itu.
Kenapa demikian? Ternyata orang itu semasa hidup di dunia
hanyalah memikirkan dirinya sendiri, tidak pernah memikirkan
dan tidak mempedulikan orang lain.
 
Di akhir cerita, ada orang kelima yang selalu tersenyum
tak ada habisnya. Kemana pun wajahnya menghadap,
dia selalu tersenyum lebar; menggambarkan kebahagian
dan kelegaan yang luaarr biasa. Sulit digambarkan
dengan kata-kata . . .
Dialah orang yang semasa hidupnya selalu berbuat baik
dan saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran . . .
Dia selalu bersegera menuju ampunan Tuhannya
dengan menahan amarah, mema’afkan orang lain,
dan selalu berbuat kebajikan...
Semoga kita bisa berakhir seperti orang kelima di atas
dengan selalu berusaha berbuat yang mendatangkan manfaat
bagi sebanyak mungkin orang lain dan lingkungan kita,
sesuai dengan keahlian kita masing-masing, aamiin . . .
Bagai sebatang pohon besaar yang berbuah lebat dan manis.
(semoga solawat dan salaam selalu terlimpah kpd pemilik
uswatun hasanah dan khuluqin ‘adhiim)

INDIKATOR KEBENARAN

dear sobats sekalian,
setiap org merasa benar dgn apa yg dilakukannya,
sehingga sering menimbulkan perselisihan
bahkan perkelahian demi membela yg benar.
"maju tak gentar, membela yang benar".
lalu, muncul pertanyaan ttg "indikator kebenaran". 
Seseorang menjelaskan sbb:
Kebenaran itu ada beberapa tingkatan,
dgn indikator seperti berikut ini.
Tingkat 1: aku senang dgn apa yg aku lakukan.
Tingkat 2: tingkat 1 + keluargaku senang. 
Tingkat 3: tingkat 2 + masyarakat senang. 
Tingkat 4: tingkat 3 + negaraku senang. 
Tingkat 5: tingkat 4 + Tuhanku senang.
alangkah senangnya kita semua apabila semua orang berusaha
mencapai tingkat 5. Karena seluruh isi alam akan
merasa senang dgn apa yang kita lakukan.
Kita akan menjadi bermanfaat bagi seluruh alam.
Berarti kita "berhasil" meneladani Orang mulia
yg menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Semoga solawat & salam selalu tercurah kepada Beliau.

KISAH SEBATANG POHON

Dari benih, muncullah batang pohon.
Batang pohon itu wajib memelihara dirinya agar kuat dan sehat.
Bila dia sudah merasa cukup kuat dan sehat, dia menumbuhkan cabang-cabang.
Maka Batang pohon harus memelihara cabang-cabang itu hingga kuat dan sehat.

Setelah itu, batang pohon menumbuhkan ranting-ranting dan daun.
Maka batang pohon itu harus memelihara ranting-2 dan daun sehingga sehat dan kuat.
Setelah batang pohon mampu memelihara dirinya sendiri dan cabang-2 dan ranting-2 serta daun-2,
maka dia siap memunculkan buah-buah nya. Si Batang pohon wajib memelihara buah-buah
itu sampai menjadi masak dan siap dimanfaatkan oleh orang banyak.
 
Manusia lahir ke dunia, pertama-tama dia harus berusaha menyenangkan dirinya sendiri.
Setelah merasa cukup lalu dia ber-istri/suami, maka dia harus berusaha menyenangkan pasangan hidupnya.
Lalu, lahirlah anak-anak, maka dia pun harus berusaha menyenangkan anak-anaknya itu.
Setelah satu keluarga itu merasa cukup senang, maka dia harus berusaha melihat sekitarnya
dan berusaha utk menyenangkan orang-orang di sekitarnya.
Demikian seterusnya sampai radius terjauh yang bisa dia jangkau.
Akhirnya:"Sebaik-baik manusia adalah yang paling besar manfaatnya bagi orang lain"
(semoga solawat dan salam selalu tercurah kepada yang menyampaikan kalimat ini).

sebuah renungan

Dan apa bila segala hal seperti menentang Anda, seperti menghalangi Anda, seperti memberatkan diri Anda, seperti membebani Anda, ingatlah bahwa Anda telah diberikan kekuatan yang sangat luar biasa oleh Allah, di mana saat ini semua tinggal terserah Anda mau memanfaatkannya atau tidak. Jika mau maka kekuatan yang Anda miliki insya Allah cukup.